Rabu, 18 Maret 2015

Indahnya Matamu Ukhti

 Indahnya Matamu Ukhti


Sore itu aini menyapu halaman rumahnya, beberapa orang yang melakukan KKN di kampungnya menyapa aini, namun aini segera berlari ke dalam Rumahnya
“Dia memang begitu, setiap kali melihat lelaki yang bukan mahramnya, ia secepatnya menundukkan pandangan atau jika lagi banyak yang memperhatian ia lebih memilih untuk masuk ke rumahnya” kata pak desa yang sementara itu menemani kami keliling desa,
Waktu itu, aku mulai penasaran dengannya, namun segera kutepis kembali fikiranku untuk segera melupakan dia yang bukan milikku.
Hari-hari berlalu seperti biasanya setiap kali kami melewati rumah aini, ia berlari ke dalam rumahnya.
Aku mengerti betul maksudnya, ia tak ingin ada fitnah, namun sikapnya membuatku semakin jatuh hati padanya
Sore itu, tak ada teman dan pak desa bersamaku, aku sengaja berjalan sendiri agar aini tidak masuk ke rumahnya lagi.
“Assalamualikum ukhti”,
“Wa’alikum salam”
Aku tak menyangka dia mnjawab salamku, suaranya yang merdu membuatku tambah jatuh hati padanya. Namun tak kulihat wajahnya karena dengan cepat ia menundukkan pandangannya.
Aini terkenal sebagai wanita yang sholehah, sudah banyak yang datang melamarnya namun tak ada yang diterimanya.
Pernah sekali, seorang lelaki kota kaya raya datang untuk melawarnya namun segera ia tolak karena niat lelaki ini menikahi aini karena ia mencintai aini karena cantiknya
Aku tau betul, aini hanya akan menikah dengan lelaki sederhana yang mencintainya karena Robbnya tapi tak satu pun di antara mereka yang mengatakan mencintai aini karena Cintanya pada sang ilahi Robbi. Ku tau cerita ini dari tetangga tetangga yang tak sengaja kudengar saat mereka membicarakannya.
Aini, adalah wanita sholehah, bercadar. yang patuh pada kedua orangtuanya, taat beragama dan sering melakukan dakwah ke desa seberang.
Malam itu, aku tak sengaja bertemu aini saat pulang dari mesjid dekat Rumahnya,
“Assalamu’alaikum ukhtii”
“Wa’alaikumsalamwarahmatullah”
Aku yang berjalan di belakangnya. Memperhatikan langkah demi langkah aini yang semakin lama semakin cepat jalannya. Tak sengaja, pulpen aini jatuh, lalu saat menoleh ke belakang hendak mengambil pulpennya, penutup wajahnya terbuka, segera aini menutup kembali lalu berlari dan kudengar isak tangisnya. Sejak saat itu aini tak lagi menampakkan diri, sikapnya membuatku merasa bersalah.
Namun Masyaalloh, bayangan wajahnya sungguh cantik. Bersinar meski hanya diterangi cahaya rembulan mungkin karena wudhunya dan matanya, matanya yang indah, tak pernah kulihat mata seindah itu sebelumnya.
Selang beberapa hari, aku mengirim surat permintaan maaf,
“Assalamu’alaikum ukhtii
Sebelumnya, aku mau memperkenalkan diri, namaku adam, aku datang ke kampung ini untuk KKN, aku lelaki kemarin yang tak sengaja melihat ukhtii, Demialloh, aku minta maaf karena telah melihat wajahmu, sedang aku bukan mahrammu, untuk menebus kesalahanku, aku akan melakukan apapun, mungkin ini terlalu cepat, namun Insyaaalloh aku berniat untuk menghalalkanmu ukhti,
Tertanda, adam
Stelah beberapa hari, aku tak menyangka, aini membalas suratku, segera kubaca surat balasan aini,
“Wa’alaikum salam akhii,
Kejadian kemarin murni kesalahanku, tapi mungkin ini sudah takdir sang ilahi Robbi. Apa yang membuatmu ingin menghalalkanku? Sedang aku hanyalah gadis desa yang tak memiliki kelebihan apa apa.
Balasan surat dari aini, lebih cepat dari perkiraanku. Setelah membaca surat dari aini, bibirku merekah, segera kubalas suratnya, tanpa berfikir panjang, bagaikan mobil yang tak memiliki rem, yang terbayang hanyalah mata indah aini. Segeralah ia mengambil pulpen dan kertas merah jambu dengan motif bunga.
“Alhamdulillah, terima kasih ukhtii, aku sangat mengagumi matamu, mata indah, mata yang tak pernah kuliat sebelumnya, semoga Engkau memnerimaku ukhtii agar bisa kupandangi mata itu saat kutertidur hingga tertidur lagi”
Aku sudah tak sabar membaca balasan surat dari wanita yang kucintai, yang telah membayang-bayangi ku karena keindahan matanya.
Aku sudah tak konsen lagi pada KKNku, yang di fikiranku hanya kecantikan dan tentunya dengan mata indah aini,
Beberapa minggu kemudian, aini membalas suratku, juga dengan sebuah kotak biru yang entah apa isinya, namun yang terlebih dahulu kubuka adalah surat aini, karna sudah tak sabar ingin mengetahui apa jawabannya.
“Assalamu”alaikum akhii, afwan. Balasnya agak lama, karena butuh berhari-hari untuk memikirkan jawaban untuk akhii. Jawabannya ada pada kotak. Semoga akhii senang”.
Segeralah kubuka kotak itu, dan isinya, membuat hatiku hancur berkeping-keping, airmataku jatuh tak tertahankan
“Astagfirullah aladzim”, ku ucapkan berkali-kali.. Air mataku tak henti-hentinya mengalir, semakin lama semakin deras, aku menyesali perbuatanku. Namun aku tak tahu harus balas apa, bahkan untuk mengingat namanya saja aku sudah tak sanggup
Di dalam kotak ada kertas lagi, segera kubaca, dengan perlahan-lahan kubuka kotak tadi
“Akhii, maaf, lamaranmu kutolak, aku tak ingin karena mata ini, membuatmu mencintaiku hingga begitu dalam.
jika yang membuatmu mencintaiku adalah mataku, maka aku akan memberikan kedua bola mataku untukmu, ambillah akhii, ini hadiah dariku untukmu, semoga mata ini tak membuat Robbku murka padaku yang membuatmu mencintai mataku lebih dari kau mencinta-Nya. Mungkin setelah membaca surat ini, aku sudah menghadap ilahi, bertaubatlah akhii, semoga Alloh mengampunimu. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatu”
Aini memberikan kedua bola matanya, hingga akhirnya ia meninggal dalam keadaan husnul khotimah, dalam jasadnya tercium bau yang teramat wangi hingga berhari-hari.
Masyaalloh, semoga Alloh mengampuni kita dari segala kilau dunia,
Ambil hikmahnya, semoga bermanfaat :)


Cerpen yang aku ambil dari http://cerpenmu.com/cerpen-cinta-islami/indahnya-matamu-ukhtii.html
Cerpen Karangan: Mhimi Naeema Adawiah
Facebook: immajpot[-at-]yahoo.com
Cerita ini aku ambil dari salah satu blog http://cerpenmu.com/cerpen-galau/menunggu-pesan-singkat-darimu.html
 

Menunggu Pesan Singkat Darimu...

Kertas-kertas berserakan di sekitar meja belajar sambil menyeringai menertawakanku. Sudah berpuluh-puluh kertas ku coret-coret dan ku sia-siakan karena gagal menulis esai. Mengapa imajinasiku belum juga muncul? Aku memang tidak pandai menulis, akan tetapi setidaknya aku bisa menyelesaikan tugasku untuk ujian praktek besok. Ujian praktek memang sudah di depan mata, tetapi lagi-lagi dia lagi yang muncul di kepalaku.
“Aku masih menunggu pesan singkat darimu.” pelan ku ucapkan kata itu.
“Jadikan aku orang yang kamu butuhkan malam ini.”
Aku tidak butuh kamu cintai, aku cukup bahagia menjadi pengagum setiamu. Tapi, tak jarang cemburu menguras air mataku. Mengumpulkan pesan singkatmu di handphoneku adalah hobi terbaruku. Sudah 92 pesan yang terkumpul sejak 6 bulan yang lalu. Sedikit ya? Tapi itulah fakanya. Walaupun hanya sebuah pesan pemberitahuan, tapi aku begitu senang mengoleksinya. Aku memang tidak pernah berbincang-bincang dengannya. Namun, inilah ekspresiku mencintainya dan diamlah caraku menyayanginya.
Dia lah laki-laki yang aku cinta. Dengan paras dan rupa yang biasa dan sederhana, akan tetapi dia sangat bersahaja. Wajah yang memancarkan sinar keimanan dan kelembutan, membuat hatiku tertambat di samudra cintanya.
Dia laki-laki yang bertanggungjawab, di setiap langkah kakinya, dia tak pernah meninggalkan amanahnya. Untuk siapakah dia kelak? Aku menginginkannya, akan tetapi aku tak pernah tau apakah aku begitu membutuhkannya.
“Aku masih menunggu pesan singkat darimu” menyapa handphoneku disaat sepi menggelayutiku. Tidak pernah kutemukan alasan mengapa aku mencintaimu, yang ku tahu, aku sangat menyayangimu.
Ya Allah… Jagalah pandanganku terhadapnya, kuatkanlah imanku dan jangan lebihkan cintaku padanya melebihi cintaku padaMu. Jika Kau takdirkan dia pendamping terbaikku, aku yakin sejauh apa pun Kau akan satukan aku dengannya. Tapi, jika dia bukan yang terbaik untukku, aku yakin sedekat apapun Kau pasti akan menjauhkanku dengannya.
Dan sampai saat ini, aku masih menunggu pesan singkat darimu.


Cerpen Karangan: Moeksa Dewi
Facebook: Moeksa Dewi

Sabtu, 13 Desember 2014

Coretan cerita "Tak Pernah Diharapkan"



“Pernahkah kalian menyadari betapa beruntungnya hidup yang kalian jalani ?” itu adalah sepintas tanya terlintas dalam fikiranku. Aku anak ke 3 dari 3 bersaudara, tapi sayang kakak laki-laki pertamaku telah tiada. Aku dibesarkan dari sebuah keluarga yang sangat sederhana bahkan kekrisisan ekonomipun sering menyapa keluargaku, keluarga yang hanya mengidamkan anak lelaki karena menurut mereka anak lelaki dapat menggantikan anak pertamanya.
Tahun demi tahun silih berganti dan tlah ku jalani dalam sehari-hari. Di caci, di bully akan kekurangan yang ada dalam diriku.
“Beda banget lu sama kakak lu sendiri, kakak lu rajin eh elu malesnyaaa naudzubillah” kata mama sangking kesalnya
“lu hidup dibumi juga gak disengaja, mama telat 2 hari” kata kakak ke duaku
“(diam & menangis)” responku
“kalo dibilangin bisanya cuma nangis(plaakkk)” kata mama
Kini tangannyapun melayang dan melintas dipipi kiriku.
Dan perkataan itulah yang selalu terlontar dalam ucapan mereka. Kata males dan tak di sengaja dalam ucapan mereka membuatku berfikir seakan-akan aku terlahir karena sebuah keteledoran.
Kini aku merasa muak, bosan, bahkan benci pada mereka. Tapi entahlah, waktu terus berjalan dan menyadarkanku untuk membuang dan menghapus kata benci dalam fikir.
Tanpa caci, tanpa bully, mungkin hati dan perasaanku tidak kuat seakan-akan seperti tahu yang bila diinjak akan hancur.
Semenjak duduk di bangku sekolah dari TK hingga SMU aku memang telah berhasil memuaskan mereka dengan menyodorkan sebuah predikat tinggi di kelas, hal itu lah yang menunda mereka sejenak untuk tak menyiksa batin ku. Tapi setelah lulus ? hal itu tak terjadi lagi pada diriku. Aku hanya seorang lulusan SMU dan hanya bisa bekerja di toko dengan gaji tak seberapa.
Sejak kecil mungkin karena merasa tak pernah dianggap, aku selalu memendam kesedihanku sendiri, aku tak pernah bisa terbuka pada mereka terhadap semua masalah yang ku hadapi, aku tertekan dan berusaha mencari penyelesaian sendiri.
****
Hingga suatu pagi di kamar, aku merasa sakit, yaa, badanku terasa amat sakit bahkan mulutku mengeluarkan banyak darah. Aku sadar, penyakit ku semakin parah dan beginilah jadinya. Hanya menangis dan merintih yang bisa ku lakukan di kala rasa sakit itu tiba.
Seketika tanpa sengaja mama lewat depan kamarku dan melihat rintihan rasa kesakitanku yang selama ini ku sembunyikan.
        “kamu kenapa ?” kata mama.
        Aku tak bisa menjawab pertanyaan mamaku sendiri, karna sakit yang ada di tubuhku. Mama panik hingga meneteskan air matanya.
Seketika aku terkejut ketika mama menangis dan menggendongku untuk membawa ku ke rumah sakit. Aku tak percaya bahwa mama yang selama ini selalu mencaci maki aku, membully aku, kini hadir menyelamatkanku.
****
        Sesampainya di rumah sakit dan di periksa oleh dokter.
        “Innalillahiwainnalillahiroji’un” kata dokter
        “ada apa dengan anak saya dok ?”mama
        “maaf anak ibu...”
        “kenapa dok kenapaaa ?”
        “maaf anak ibu tidak bisa saya selamatkan, anak ibu telah mengidap penyakit kanker...”
        “gak....ini gak mungkinnnn...” (menangis) mama
Kini aku telah bersama malaikat yang selama ini telah mencintaiku dan selalu berusaha menjaga ku dari kecil hingga aku memejamkan mataku.
Mamaku kini menangis bahkan mengucapkan kata maaf pada ragaku yang sudah terbujur kaku di atas kasur rumah sakit. Baru kali ini aku melihatnya menangis tersedu-sedu seumur hidupku.

Tapi kini semua sudah terlambat, kenapa baru mempedulikan aku setelah aku terbujur kaku?
Walau kini mungkin sudah terlambat untuk aku hidup bahagia bersama kalian, aku tetap sayang terhadap kalian, meski kalian tak pernah menyadari betapa sakitnya hatiku kau lukai. “LOVE YOU”

**TAMAT**












Karya:
Febriani
XI Akuntansi 1

Jumat, 12 Desember 2014

LOVE IS SILENT




Assalamu’alaikum Warahmatullahhiwabarokkattuh sahabat muslimah…
Semoga, kita selalu berada dalam lindungan serta kasih sayang-Nya ya… *amin...
Alhamdulillah…, pada kesempatan ini jari-jemari aku pengen bangettt nulis sebuah cerita yang berkaitan ttg usia2 kita. ^_^ Yapss yakni ialah CINTA
Nah...
Ketika cinta itu tiba, pasti di antara kalian pun masih ada yang bingung bagaimana cara menyambut cinta itu dalam diri kita.
Dan pasti juga udah ada yang ga bingung lagi untuk menyambut si cintaaa... wahhh pasti kalau yang ini udah prof. Cinta kali yaa ^_^ hehhee

O..iyaa
Untuk kalian yang udah ga bingung lagi, aku harap kalian bisa menyambut cinta itu dengan cara yang sesuai ajaranNya yaa kawan...
Dan untuk kalian yang masih bingung, mpphh tenang disini aku akan kasih cerita yang berkaitan tentang cara menyambut cinta sesuai ajaranNya...
Lets go... Selamat membaca ^_^

LOVE IS SILENT
Tepat di jam istirahat sekolah. Seluruh siswa bergerombol keluar kelasnya untuk pergi ke kantin sekolah. Termasuk dengan Fani dan Fitria. Akan tetapi Fani dan Fitria memutuskan untuk pergi ke musholla yang berada di dalam sekolahnya itu untuk menjalankan rutinitas mereka berdua disela-sela jam istirahat yakni sholat dhuha.
Karna berhubung hari ini adalah hari Senin mereka berdua sedang menjalankan ibadah puasa sunah yakni puasa SeninKamis jadi mereka ga mampir ke kantin sekolah dulu sebelum pergi kelas. Nah setelah usai menjalankan sholat dhuha dan mereka sedang memakai sepatu di teras mushola, nampaknya Fitria sedang gelisah dan terbaca sudah raut muka Fitria oleh Fani.
Fani    : “Fit, kamu kenapa ?”
Fitria  : “Ehm... gak kok aku gapapa.”
Fani    : “Halah... udah deh kamu ga usah boong. Ketauan banget lagi kamu kaya
lagi ada something gitu. Ada apa sih Fit ? cerita lah... siapa tau aku bisa
respon.”
Fitria  : “Ehm… sebenernya ada yang mau aku tanyain nih. Tapi, aku malu,”
Dengan deg-degan nya si Fitria bicara seperti itu terhadap Fani.
Fani    : “Malu ? Kamu ini aneh deh Fit, tumben banget kok tiba-tiba malu mau nanya sama aku. Belum nanya aja udah malu. Emang mau nanya apa sih ?”
Fitria  : “Abis, emp... Ntar pasti bakalan kamu ketawain deh.”
Fani    : “Mana bisa aku ketawa, kalau aku aja ga tau apa... Udah buruan, mau
nanya apa?”
Fitria  : “Tapi beneran yaa, janji ga bakalan ngetawain aku”
Ancam Fitria dengan raut wajah cemberut. Perempuan berkerudung itu alias Fani mengangguk pelan dan berikrar, setidaknya untuk melegakan.
Fitria : “Engg... Kamu pernah jatuh cinta ga ,Fan ? Eng...”
Fitria menyeringatkan dahi, karna sanking groginya.
Tawanya meledak perlahan sembari menatap Fitria yang ada dihadapannya. Ia dapat menebak apa yang sedang dipikirkan oleh Fitria itu.
Fani    : “Jadi ceritanya kamu lagi jatuh cinta nih? Hayoo sama siapa?”
Pertanyaanya dengan logat meledek.
Fitria : “Ihh, Fani mah ah... Tuh kan aku diketawain. Enggak... Aku kan Cuma
nanya. Emang ga boleh aku nanya kaya gitu ?”
Fani    : “Ah, yang bener ? Abis kamu lucu sih.”
Fitria : “Apanya yang lucu Faniiiii...? Ini beneran. Aku nanya serius. Ihhh...”
Dengan nada bad mood karna bukannya dijawab malah diledekin.
Fani    : “Ehm, mau jawaban yang boong apa yang bener ?”
Fani mulai menggoda.
Fitria : “Yee, Fani mah ah sebel deh”
Gadis itu kembali cemberut, merengek dan memanyunkan wajahnya untuk kesekian kalinya.
Fani    : “Iya deh aku jawab. Aku pernah kok jatuh cinta. Dan itu normal, kan?
Lagipula semua orang juga pernah ngalamin itu.”
Fitria  : “Terus gimana ? Eng... Maksud aku, gimana sikap kamu buat nanggapin
permasalahan itu? Apa orang yang kamu cintai itu tau perasaan kamu yang
sebenarnya?”
Fani    : “Entahlah. Aku ga tau. Bisa jadi dia sama sekali ga tau.”
Fitria terdiam. Ia memandang lamat-lamat wajah Fani yang teduh. Pikirannya masih melayang untuk mencari jawaban atas apa yang Fani sampaikan.
Fitria : “Kenapa kamu ga berusaha buat ngungkapin semuanya ?”
Fani tersenyum simpul menanggapinya. Ia dapat menebak dengan jelas keingintauannya itu.
Fani    : “Harus ? Untuk apa ? Aku pikir rasa itu ga perlu di umbar atau disebarkan,
karena cukup untuk disimpan dalam hati.”
Fitria mematut. Ia mendengarkan dengan jelas penuturan Fani sahabatnya.
Fani    : “Perlu kamu tau, Fit. Perasaan itu sederhana. Rasa cinta memang bukanlah
substansi yang di larang atau ditakutkan terjadi. Rasa tersebut adalah sebuah
proses kemanusiaan yang wajar. Tak bisa dibuat-buat, kadang muncul
dengan tiba-tiba tanpa dipaksain. Yang menjadi masalahnya adalah
pelampiasan rasa cinta itu sendiri. Bila rasa itu dilampiaskan dalam koridor
yang dilegalan oleh syariat, maka akan berbuah kebaikan sekaligus berakhir
dengan indah. Namun, sebaliknya jika rasa cinta tersebut dilampiaskan pada
jalur-jalur larangan, maka itulah yang akan menumbuhkan dosa dan murka
pada Allah, seperti halnya dengan mengumbar perasaan kita kepada orang
lain. Bisa jadi tindakan kaya gitu memungkinkan untuk terjadinya fitnah yang
ga kita inginin.”
Fitria : “Terus gimana sebaiknya kita mensikapinya ?”
Fani    : “Berdiamlah dan simpan rapat-rapat rasa itu. Love is silent, karena cinta
adalah diam. Akhir dari sebuah cinta yang hakiki sebenarnya adalah
pernikahan. Itulah solusi terbaik yang dapat dilakukan. Bagaimanapun juga,
pernikahan adalah satu satunya jalan terbaik yang ada. Namun bila pada
akhirnya kesempatan dan kondisi belum memungkinkan maka solusinya
adalah bersabar. Kita harus berusaha untuk menekan rasa itu agar tidak
meluap pada hal-hal yang diharamkan oleh Allah. Tentu aja ada usaha yang
kita lakuin untuk menanganinya, seperti menyibukkan diri dengan ibadah,
perbanyak puasa sunnah, dan melakukan aktivitas-aktivitas duniawi lain yang
bermanfaat, hingga seluruh pikiran kita sampe ga punya celah untuk
menerawang dan melambungkan masalah cinta.”
Fitria  : “Apa itu usaha yang kamu lakuin untuk menepiskan perasaan kamu ?
Mungkin ga aku bisa ngelakuin itu ?”
Fani    : “Bisa. Kamu pasti bisa. Meskipun awalnya sulit, tapi lama-kelamaan kamu
akan terbiasa, seperti halnya apa yang aku lakuin. Kalau semua diniatkan
untuk kebaikan, pasti bakal ada jalan. Jangan terlalu risau untuk masalah ini.
Anggaplah sebagai ujian untuk sebuah keimanan, tapi aku saranin supaya
kamu tetap mempertimbangkan berbagai faktor jika memang kamu menyukai
seseorang sosok pribadi yang kamu sukai itu. Untuk mencari kebenaran
apakah ia sosok ideal yang layak menjadi pendamping kamu kelak, lebih baik
di tinjau lebih dalam, apakah orang tersebut punya agama yang baik dan
akhlak yang mulia ? Atau minimalnya, dia tengah berusaha untuk menjadi
pribadi pendamping yang ideal. Kamu bisa lihat dari cara bergaulnya,
ibadahnya, adab-adabnya sehari-hari dan segala yang terkait dengan agama
dan akhlak. Bila ternyata dia ga memiliki kepribadian yang baik atau
minimalnya dia ga ngelakuin usaha untuk memperbaiki diri maka apa yang
kamu harapin dari dia ? Kebahagiaan macam mana yang kamu harapin dari
seseorang yang tidak paham cara meraih kebahagiaan yang hakiki dan cara
bergaul dengan orang yang ia cintai sesuai dengan syariat islam ?”
Untuk kesekian kalinya Fitria tertegun. Ia memikirkan kembali apa yang disampaikan oleh Fani. Dalam hati ia bercak kagum dengan pengetahuan dan keteguhan hatinya yang luar biasa.
Fani    : “Ga perlu risau masalah jodoh, Fit. Allah sudah menuliskan masing-masing
dari mereka untuk kita. Mau jauh atau dekat hubungan, lama atau singkat
jalinan, kalaupun ga berjodoh, kan sama aja. Bukannya diam adalah satu
satunya cara terbaik yang Dia anjurkan untuk kita ?”
Fitria tersenyum simpul. Ia mengangguk pelan dan mulai mengerti apa yang Fani sampaikan. Ada kebenaran dari apa yang ia yakini. Bukan hal yang sulit untuk tetap menyimpannya, hingga tiba waktu yang ditentukan.
***
Ini cerita hasil inspirasi dari salah satu artikel yang pernah aku baca kebetulan ceritanya emang keren bangettt, hehe...

Jadi  DIAM adalah  solusinya

Diam ??? dilihat dari katanya aja. logika kita ga nerima.
Gimana bisa cinta itu hanya ditunjukan dalam diam, cinta itu harusnya diungkapkan kan (???)

Saat hati diliputi virus yang bernamakan " CINTA ". hati-hati yaaa, jangan biarkan cintamu kepada manusia melebihi cintamu pada Sang Pemegang Hati yakni Allah SWT. Kita ga tau apakah orang yang kita puja dan yang hadir dalam bunga-bunga tidur kita *hehehee* merupakan orang yang akan menjadi halalmu.

Nb          :
“Kalau kita menyukai seseorang, jangan beritau si dia. Nanti Allah akan kurangi rasa cinta padanya Tapi luapkan pada Allah, beritahulah Allah. Allah Maha mengetahui siapa jodoh kita ...”