Sabtu, 13 Desember 2014

Coretan cerita "Tak Pernah Diharapkan"



“Pernahkah kalian menyadari betapa beruntungnya hidup yang kalian jalani ?” itu adalah sepintas tanya terlintas dalam fikiranku. Aku anak ke 3 dari 3 bersaudara, tapi sayang kakak laki-laki pertamaku telah tiada. Aku dibesarkan dari sebuah keluarga yang sangat sederhana bahkan kekrisisan ekonomipun sering menyapa keluargaku, keluarga yang hanya mengidamkan anak lelaki karena menurut mereka anak lelaki dapat menggantikan anak pertamanya.
Tahun demi tahun silih berganti dan tlah ku jalani dalam sehari-hari. Di caci, di bully akan kekurangan yang ada dalam diriku.
“Beda banget lu sama kakak lu sendiri, kakak lu rajin eh elu malesnyaaa naudzubillah” kata mama sangking kesalnya
“lu hidup dibumi juga gak disengaja, mama telat 2 hari” kata kakak ke duaku
“(diam & menangis)” responku
“kalo dibilangin bisanya cuma nangis(plaakkk)” kata mama
Kini tangannyapun melayang dan melintas dipipi kiriku.
Dan perkataan itulah yang selalu terlontar dalam ucapan mereka. Kata males dan tak di sengaja dalam ucapan mereka membuatku berfikir seakan-akan aku terlahir karena sebuah keteledoran.
Kini aku merasa muak, bosan, bahkan benci pada mereka. Tapi entahlah, waktu terus berjalan dan menyadarkanku untuk membuang dan menghapus kata benci dalam fikir.
Tanpa caci, tanpa bully, mungkin hati dan perasaanku tidak kuat seakan-akan seperti tahu yang bila diinjak akan hancur.
Semenjak duduk di bangku sekolah dari TK hingga SMU aku memang telah berhasil memuaskan mereka dengan menyodorkan sebuah predikat tinggi di kelas, hal itu lah yang menunda mereka sejenak untuk tak menyiksa batin ku. Tapi setelah lulus ? hal itu tak terjadi lagi pada diriku. Aku hanya seorang lulusan SMU dan hanya bisa bekerja di toko dengan gaji tak seberapa.
Sejak kecil mungkin karena merasa tak pernah dianggap, aku selalu memendam kesedihanku sendiri, aku tak pernah bisa terbuka pada mereka terhadap semua masalah yang ku hadapi, aku tertekan dan berusaha mencari penyelesaian sendiri.
****
Hingga suatu pagi di kamar, aku merasa sakit, yaa, badanku terasa amat sakit bahkan mulutku mengeluarkan banyak darah. Aku sadar, penyakit ku semakin parah dan beginilah jadinya. Hanya menangis dan merintih yang bisa ku lakukan di kala rasa sakit itu tiba.
Seketika tanpa sengaja mama lewat depan kamarku dan melihat rintihan rasa kesakitanku yang selama ini ku sembunyikan.
        “kamu kenapa ?” kata mama.
        Aku tak bisa menjawab pertanyaan mamaku sendiri, karna sakit yang ada di tubuhku. Mama panik hingga meneteskan air matanya.
Seketika aku terkejut ketika mama menangis dan menggendongku untuk membawa ku ke rumah sakit. Aku tak percaya bahwa mama yang selama ini selalu mencaci maki aku, membully aku, kini hadir menyelamatkanku.
****
        Sesampainya di rumah sakit dan di periksa oleh dokter.
        “Innalillahiwainnalillahiroji’un” kata dokter
        “ada apa dengan anak saya dok ?”mama
        “maaf anak ibu...”
        “kenapa dok kenapaaa ?”
        “maaf anak ibu tidak bisa saya selamatkan, anak ibu telah mengidap penyakit kanker...”
        “gak....ini gak mungkinnnn...” (menangis) mama
Kini aku telah bersama malaikat yang selama ini telah mencintaiku dan selalu berusaha menjaga ku dari kecil hingga aku memejamkan mataku.
Mamaku kini menangis bahkan mengucapkan kata maaf pada ragaku yang sudah terbujur kaku di atas kasur rumah sakit. Baru kali ini aku melihatnya menangis tersedu-sedu seumur hidupku.

Tapi kini semua sudah terlambat, kenapa baru mempedulikan aku setelah aku terbujur kaku?
Walau kini mungkin sudah terlambat untuk aku hidup bahagia bersama kalian, aku tetap sayang terhadap kalian, meski kalian tak pernah menyadari betapa sakitnya hatiku kau lukai. “LOVE YOU”

**TAMAT**












Karya:
Febriani
XI Akuntansi 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar