“Pernahkah kalian menyadari betapa beruntungnya hidup yang
kalian jalani ?” itu adalah sepintas tanya terlintas dalam fikiranku. Aku anak
ke 3 dari 3 bersaudara, tapi sayang kakak laki-laki pertamaku telah tiada. Aku
dibesarkan dari sebuah keluarga yang sangat sederhana bahkan kekrisisan
ekonomipun sering menyapa keluargaku, keluarga yang hanya mengidamkan anak
lelaki karena menurut mereka anak lelaki dapat menggantikan anak pertamanya.
Tahun demi tahun silih berganti dan tlah ku jalani dalam
sehari-hari. Di caci, di bully akan kekurangan yang ada dalam diriku.
“Beda banget lu sama kakak lu
sendiri, kakak lu rajin eh elu malesnyaaa naudzubillah” kata mama sangking
kesalnya
“lu hidup dibumi juga gak disengaja,
mama telat 2 hari” kata kakak ke duaku
“(diam & menangis)” responku
“kalo dibilangin bisanya cuma
nangis(plaakkk)” kata mama
Kini tangannyapun melayang dan
melintas dipipi kiriku.
Dan perkataan itulah yang selalu
terlontar dalam ucapan mereka. Kata males dan tak di sengaja dalam ucapan
mereka membuatku berfikir seakan-akan aku terlahir karena sebuah keteledoran.
Kini aku merasa muak, bosan, bahkan
benci pada mereka. Tapi entahlah, waktu terus berjalan dan menyadarkanku untuk
membuang dan menghapus kata benci dalam fikir.
Tanpa caci, tanpa bully, mungkin
hati dan perasaanku tidak kuat seakan-akan seperti tahu yang bila diinjak akan
hancur.
Semenjak duduk di bangku sekolah
dari TK hingga SMU aku memang telah berhasil memuaskan mereka dengan
menyodorkan sebuah predikat tinggi di kelas, hal itu lah yang menunda mereka
sejenak untuk tak menyiksa batin ku. Tapi setelah lulus ? hal itu tak terjadi
lagi pada diriku. Aku hanya seorang lulusan SMU dan hanya bisa bekerja di toko
dengan gaji tak seberapa.
Sejak kecil mungkin karena merasa
tak pernah dianggap, aku selalu memendam kesedihanku sendiri, aku tak pernah
bisa terbuka pada mereka terhadap semua masalah yang ku hadapi, aku tertekan
dan berusaha mencari penyelesaian sendiri.
****
Hingga suatu pagi di kamar, aku
merasa sakit, yaa, badanku terasa amat sakit bahkan mulutku mengeluarkan banyak
darah. Aku sadar, penyakit ku semakin parah dan beginilah jadinya. Hanya
menangis dan merintih yang bisa ku lakukan di kala rasa sakit itu tiba.
Seketika tanpa sengaja mama lewat
depan kamarku dan melihat rintihan rasa kesakitanku yang selama ini ku
sembunyikan.
“kamu kenapa ?”
kata mama.
Aku tak bisa
menjawab pertanyaan mamaku sendiri, karna sakit yang ada di tubuhku. Mama panik
hingga meneteskan air matanya.
Seketika aku terkejut ketika mama
menangis dan menggendongku untuk membawa ku ke rumah sakit. Aku tak percaya
bahwa mama yang selama ini selalu mencaci maki aku, membully aku, kini hadir
menyelamatkanku.
****
Sesampainya di
rumah sakit dan di periksa oleh dokter.
“Innalillahiwainnalillahiroji’un”
kata dokter
“ada apa dengan
anak saya dok ?”mama
“maaf anak
ibu...”
“kenapa dok
kenapaaa ?”
“maaf anak ibu
tidak bisa saya selamatkan, anak ibu telah mengidap penyakit kanker...”
“gak....ini gak
mungkinnnn...” (menangis) mama
Kini aku telah bersama malaikat yang
selama ini telah mencintaiku dan selalu berusaha menjaga ku dari kecil hingga
aku memejamkan mataku.
Mamaku kini menangis bahkan
mengucapkan kata maaf pada ragaku yang sudah terbujur kaku di atas kasur rumah
sakit. Baru kali ini aku melihatnya menangis tersedu-sedu seumur hidupku.
Tapi kini semua sudah terlambat,
kenapa baru mempedulikan aku setelah aku terbujur kaku?
Walau
kini mungkin sudah terlambat untuk aku hidup bahagia bersama kalian, aku tetap
sayang terhadap kalian, meski kalian tak pernah menyadari betapa sakitnya
hatiku kau lukai. “LOVE YOU”
**TAMAT**
Karya:
Febriani
XI Akuntansi 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar