Jumat, 12 Desember 2014

LOVE IS SILENT




Assalamu’alaikum Warahmatullahhiwabarokkattuh sahabat muslimah…
Semoga, kita selalu berada dalam lindungan serta kasih sayang-Nya ya… *amin...
Alhamdulillah…, pada kesempatan ini jari-jemari aku pengen bangettt nulis sebuah cerita yang berkaitan ttg usia2 kita. ^_^ Yapss yakni ialah CINTA
Nah...
Ketika cinta itu tiba, pasti di antara kalian pun masih ada yang bingung bagaimana cara menyambut cinta itu dalam diri kita.
Dan pasti juga udah ada yang ga bingung lagi untuk menyambut si cintaaa... wahhh pasti kalau yang ini udah prof. Cinta kali yaa ^_^ hehhee

O..iyaa
Untuk kalian yang udah ga bingung lagi, aku harap kalian bisa menyambut cinta itu dengan cara yang sesuai ajaranNya yaa kawan...
Dan untuk kalian yang masih bingung, mpphh tenang disini aku akan kasih cerita yang berkaitan tentang cara menyambut cinta sesuai ajaranNya...
Lets go... Selamat membaca ^_^

LOVE IS SILENT
Tepat di jam istirahat sekolah. Seluruh siswa bergerombol keluar kelasnya untuk pergi ke kantin sekolah. Termasuk dengan Fani dan Fitria. Akan tetapi Fani dan Fitria memutuskan untuk pergi ke musholla yang berada di dalam sekolahnya itu untuk menjalankan rutinitas mereka berdua disela-sela jam istirahat yakni sholat dhuha.
Karna berhubung hari ini adalah hari Senin mereka berdua sedang menjalankan ibadah puasa sunah yakni puasa SeninKamis jadi mereka ga mampir ke kantin sekolah dulu sebelum pergi kelas. Nah setelah usai menjalankan sholat dhuha dan mereka sedang memakai sepatu di teras mushola, nampaknya Fitria sedang gelisah dan terbaca sudah raut muka Fitria oleh Fani.
Fani    : “Fit, kamu kenapa ?”
Fitria  : “Ehm... gak kok aku gapapa.”
Fani    : “Halah... udah deh kamu ga usah boong. Ketauan banget lagi kamu kaya
lagi ada something gitu. Ada apa sih Fit ? cerita lah... siapa tau aku bisa
respon.”
Fitria  : “Ehm… sebenernya ada yang mau aku tanyain nih. Tapi, aku malu,”
Dengan deg-degan nya si Fitria bicara seperti itu terhadap Fani.
Fani    : “Malu ? Kamu ini aneh deh Fit, tumben banget kok tiba-tiba malu mau nanya sama aku. Belum nanya aja udah malu. Emang mau nanya apa sih ?”
Fitria  : “Abis, emp... Ntar pasti bakalan kamu ketawain deh.”
Fani    : “Mana bisa aku ketawa, kalau aku aja ga tau apa... Udah buruan, mau
nanya apa?”
Fitria  : “Tapi beneran yaa, janji ga bakalan ngetawain aku”
Ancam Fitria dengan raut wajah cemberut. Perempuan berkerudung itu alias Fani mengangguk pelan dan berikrar, setidaknya untuk melegakan.
Fitria : “Engg... Kamu pernah jatuh cinta ga ,Fan ? Eng...”
Fitria menyeringatkan dahi, karna sanking groginya.
Tawanya meledak perlahan sembari menatap Fitria yang ada dihadapannya. Ia dapat menebak apa yang sedang dipikirkan oleh Fitria itu.
Fani    : “Jadi ceritanya kamu lagi jatuh cinta nih? Hayoo sama siapa?”
Pertanyaanya dengan logat meledek.
Fitria : “Ihh, Fani mah ah... Tuh kan aku diketawain. Enggak... Aku kan Cuma
nanya. Emang ga boleh aku nanya kaya gitu ?”
Fani    : “Ah, yang bener ? Abis kamu lucu sih.”
Fitria : “Apanya yang lucu Faniiiii...? Ini beneran. Aku nanya serius. Ihhh...”
Dengan nada bad mood karna bukannya dijawab malah diledekin.
Fani    : “Ehm, mau jawaban yang boong apa yang bener ?”
Fani mulai menggoda.
Fitria : “Yee, Fani mah ah sebel deh”
Gadis itu kembali cemberut, merengek dan memanyunkan wajahnya untuk kesekian kalinya.
Fani    : “Iya deh aku jawab. Aku pernah kok jatuh cinta. Dan itu normal, kan?
Lagipula semua orang juga pernah ngalamin itu.”
Fitria  : “Terus gimana ? Eng... Maksud aku, gimana sikap kamu buat nanggapin
permasalahan itu? Apa orang yang kamu cintai itu tau perasaan kamu yang
sebenarnya?”
Fani    : “Entahlah. Aku ga tau. Bisa jadi dia sama sekali ga tau.”
Fitria terdiam. Ia memandang lamat-lamat wajah Fani yang teduh. Pikirannya masih melayang untuk mencari jawaban atas apa yang Fani sampaikan.
Fitria : “Kenapa kamu ga berusaha buat ngungkapin semuanya ?”
Fani tersenyum simpul menanggapinya. Ia dapat menebak dengan jelas keingintauannya itu.
Fani    : “Harus ? Untuk apa ? Aku pikir rasa itu ga perlu di umbar atau disebarkan,
karena cukup untuk disimpan dalam hati.”
Fitria mematut. Ia mendengarkan dengan jelas penuturan Fani sahabatnya.
Fani    : “Perlu kamu tau, Fit. Perasaan itu sederhana. Rasa cinta memang bukanlah
substansi yang di larang atau ditakutkan terjadi. Rasa tersebut adalah sebuah
proses kemanusiaan yang wajar. Tak bisa dibuat-buat, kadang muncul
dengan tiba-tiba tanpa dipaksain. Yang menjadi masalahnya adalah
pelampiasan rasa cinta itu sendiri. Bila rasa itu dilampiaskan dalam koridor
yang dilegalan oleh syariat, maka akan berbuah kebaikan sekaligus berakhir
dengan indah. Namun, sebaliknya jika rasa cinta tersebut dilampiaskan pada
jalur-jalur larangan, maka itulah yang akan menumbuhkan dosa dan murka
pada Allah, seperti halnya dengan mengumbar perasaan kita kepada orang
lain. Bisa jadi tindakan kaya gitu memungkinkan untuk terjadinya fitnah yang
ga kita inginin.”
Fitria : “Terus gimana sebaiknya kita mensikapinya ?”
Fani    : “Berdiamlah dan simpan rapat-rapat rasa itu. Love is silent, karena cinta
adalah diam. Akhir dari sebuah cinta yang hakiki sebenarnya adalah
pernikahan. Itulah solusi terbaik yang dapat dilakukan. Bagaimanapun juga,
pernikahan adalah satu satunya jalan terbaik yang ada. Namun bila pada
akhirnya kesempatan dan kondisi belum memungkinkan maka solusinya
adalah bersabar. Kita harus berusaha untuk menekan rasa itu agar tidak
meluap pada hal-hal yang diharamkan oleh Allah. Tentu aja ada usaha yang
kita lakuin untuk menanganinya, seperti menyibukkan diri dengan ibadah,
perbanyak puasa sunnah, dan melakukan aktivitas-aktivitas duniawi lain yang
bermanfaat, hingga seluruh pikiran kita sampe ga punya celah untuk
menerawang dan melambungkan masalah cinta.”
Fitria  : “Apa itu usaha yang kamu lakuin untuk menepiskan perasaan kamu ?
Mungkin ga aku bisa ngelakuin itu ?”
Fani    : “Bisa. Kamu pasti bisa. Meskipun awalnya sulit, tapi lama-kelamaan kamu
akan terbiasa, seperti halnya apa yang aku lakuin. Kalau semua diniatkan
untuk kebaikan, pasti bakal ada jalan. Jangan terlalu risau untuk masalah ini.
Anggaplah sebagai ujian untuk sebuah keimanan, tapi aku saranin supaya
kamu tetap mempertimbangkan berbagai faktor jika memang kamu menyukai
seseorang sosok pribadi yang kamu sukai itu. Untuk mencari kebenaran
apakah ia sosok ideal yang layak menjadi pendamping kamu kelak, lebih baik
di tinjau lebih dalam, apakah orang tersebut punya agama yang baik dan
akhlak yang mulia ? Atau minimalnya, dia tengah berusaha untuk menjadi
pribadi pendamping yang ideal. Kamu bisa lihat dari cara bergaulnya,
ibadahnya, adab-adabnya sehari-hari dan segala yang terkait dengan agama
dan akhlak. Bila ternyata dia ga memiliki kepribadian yang baik atau
minimalnya dia ga ngelakuin usaha untuk memperbaiki diri maka apa yang
kamu harapin dari dia ? Kebahagiaan macam mana yang kamu harapin dari
seseorang yang tidak paham cara meraih kebahagiaan yang hakiki dan cara
bergaul dengan orang yang ia cintai sesuai dengan syariat islam ?”
Untuk kesekian kalinya Fitria tertegun. Ia memikirkan kembali apa yang disampaikan oleh Fani. Dalam hati ia bercak kagum dengan pengetahuan dan keteguhan hatinya yang luar biasa.
Fani    : “Ga perlu risau masalah jodoh, Fit. Allah sudah menuliskan masing-masing
dari mereka untuk kita. Mau jauh atau dekat hubungan, lama atau singkat
jalinan, kalaupun ga berjodoh, kan sama aja. Bukannya diam adalah satu
satunya cara terbaik yang Dia anjurkan untuk kita ?”
Fitria tersenyum simpul. Ia mengangguk pelan dan mulai mengerti apa yang Fani sampaikan. Ada kebenaran dari apa yang ia yakini. Bukan hal yang sulit untuk tetap menyimpannya, hingga tiba waktu yang ditentukan.
***
Ini cerita hasil inspirasi dari salah satu artikel yang pernah aku baca kebetulan ceritanya emang keren bangettt, hehe...

Jadi  DIAM adalah  solusinya

Diam ??? dilihat dari katanya aja. logika kita ga nerima.
Gimana bisa cinta itu hanya ditunjukan dalam diam, cinta itu harusnya diungkapkan kan (???)

Saat hati diliputi virus yang bernamakan " CINTA ". hati-hati yaaa, jangan biarkan cintamu kepada manusia melebihi cintamu pada Sang Pemegang Hati yakni Allah SWT. Kita ga tau apakah orang yang kita puja dan yang hadir dalam bunga-bunga tidur kita *hehehee* merupakan orang yang akan menjadi halalmu.

Nb          :
“Kalau kita menyukai seseorang, jangan beritau si dia. Nanti Allah akan kurangi rasa cinta padanya Tapi luapkan pada Allah, beritahulah Allah. Allah Maha mengetahui siapa jodoh kita ...”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar