Assalamu’alaikum
Warahmatullahhiwabarokkattuh sahabat muslimah…
♥
O..iyaa
Untuk kalian yang udah ga bingung lagi, aku harap kalian bisa menyambut cinta itu dengan cara yang sesuai ajaranNya yaa kawan...
Untuk kalian yang udah ga bingung lagi, aku harap kalian bisa menyambut cinta itu dengan cara yang sesuai ajaranNya yaa kawan...
Dan
untuk kalian yang masih bingung, mpphh tenang disini aku akan kasih cerita yang
berkaitan tentang cara menyambut cinta sesuai ajaranNya...
Lets
go... Selamat membaca ^_^
LOVE IS SILENT
Tepat
di jam istirahat sekolah. Seluruh siswa bergerombol keluar kelasnya untuk pergi
ke kantin sekolah. Termasuk dengan Fani dan Fitria. Akan tetapi Fani dan Fitria
memutuskan untuk pergi ke musholla yang berada di dalam sekolahnya itu untuk
menjalankan rutinitas mereka berdua disela-sela jam istirahat yakni sholat dhuha.
Karna
berhubung hari ini adalah hari Senin mereka berdua sedang menjalankan ibadah
puasa sunah yakni puasa SeninKamis jadi mereka ga mampir ke kantin sekolah dulu
sebelum pergi kelas. Nah setelah usai menjalankan sholat dhuha dan mereka
sedang memakai sepatu di teras mushola, nampaknya Fitria sedang gelisah dan
terbaca sudah raut muka Fitria oleh Fani.
Fani : “Fit,
kamu kenapa ?”
Fitria : “Ehm...
gak kok aku gapapa.”
Fani : “Halah...
udah deh kamu ga usah boong. Ketauan banget lagi kamu kaya
lagi ada something gitu. Ada apa sih
Fit ? cerita lah... siapa tau aku bisa
respon.”
Fitria : “Ehm… sebenernya ada yang mau aku tanyain
nih. Tapi, aku malu,”
Dengan deg-degan nya si Fitria bicara
seperti itu terhadap Fani.
Fani : “Malu ?
Kamu ini aneh deh Fit, tumben banget kok tiba-tiba malu mau nanya sama aku.
Belum nanya aja udah malu. Emang mau nanya apa sih ?”
Fitria : “Abis,
emp... Ntar pasti bakalan kamu ketawain deh.”
Fani : “Mana
bisa aku ketawa, kalau aku aja ga tau apa... Udah buruan, mau
nanya apa?”
Fitria : “Tapi
beneran yaa, janji ga bakalan ngetawain aku”
Ancam Fitria dengan raut wajah
cemberut. Perempuan berkerudung itu alias Fani mengangguk pelan dan berikrar,
setidaknya untuk melegakan.
Fitria : “Engg... Kamu
pernah jatuh cinta ga ,Fan ? Eng...”
Fitria menyeringatkan dahi, karna
sanking groginya.
Tawanya meledak perlahan sembari
menatap Fitria yang ada dihadapannya. Ia dapat menebak apa yang sedang
dipikirkan oleh Fitria itu.
Fani : “Jadi
ceritanya kamu lagi jatuh cinta nih? Hayoo sama siapa?”
Pertanyaanya dengan logat meledek.
Fitria : “Ihh, Fani
mah ah... Tuh kan aku diketawain. Enggak... Aku kan Cuma
nanya. Emang ga boleh aku nanya kaya
gitu ?”
Fani : “Ah, yang
bener ? Abis kamu lucu sih.”
Fitria : “Apanya
yang lucu Faniiiii...? Ini beneran. Aku nanya serius. Ihhh...”
Dengan nada bad mood karna bukannya
dijawab malah diledekin.
Fani : “Ehm, mau
jawaban yang boong apa yang bener ?”
Fani mulai menggoda.
Fitria : “Yee,
Fani mah ah sebel deh”
Gadis itu kembali cemberut, merengek
dan memanyunkan wajahnya untuk kesekian kalinya.
Fani : “Iya deh aku
jawab. Aku pernah kok jatuh cinta. Dan itu normal, kan?
Lagipula semua orang juga pernah ngalamin
itu.”
Fitria : “Terus
gimana ? Eng... Maksud aku, gimana sikap kamu buat nanggapin
permasalahan itu? Apa orang yang kamu
cintai itu tau perasaan kamu yang
sebenarnya?”
Fani :
“Entahlah. Aku ga tau. Bisa jadi dia sama sekali ga tau.”
Fitria terdiam. Ia memandang
lamat-lamat wajah Fani yang teduh. Pikirannya masih melayang untuk mencari
jawaban atas apa yang Fani sampaikan.
Fitria : “Kenapa kamu
ga berusaha buat ngungkapin semuanya ?”
Fani tersenyum simpul menanggapinya.
Ia dapat menebak dengan jelas keingintauannya itu.
Fani : “Harus ?
Untuk apa ? Aku pikir rasa itu ga perlu di umbar atau disebarkan,
karena cukup untuk disimpan dalam
hati.”
Fitria mematut. Ia mendengarkan
dengan jelas penuturan Fani sahabatnya.
Fani : “Perlu
kamu tau, Fit. Perasaan itu sederhana. Rasa cinta memang bukanlah
substansi yang di larang atau
ditakutkan terjadi. Rasa tersebut adalah sebuah
proses kemanusiaan yang wajar. Tak bisa
dibuat-buat, kadang muncul
dengan tiba-tiba tanpa dipaksain.
Yang menjadi masalahnya adalah
pelampiasan rasa cinta itu sendiri.
Bila rasa itu dilampiaskan dalam koridor
yang dilegalan oleh syariat, maka
akan berbuah kebaikan sekaligus berakhir
dengan indah. Namun, sebaliknya jika
rasa cinta tersebut dilampiaskan pada
jalur-jalur larangan, maka itulah
yang akan menumbuhkan dosa dan murka
pada Allah, seperti halnya dengan
mengumbar perasaan kita kepada orang
lain. Bisa jadi tindakan kaya gitu
memungkinkan untuk terjadinya fitnah yang
ga kita inginin.”
Fitria : “Terus
gimana sebaiknya kita mensikapinya ?”
Fani : “Berdiamlah
dan simpan rapat-rapat rasa itu. Love is silent, karena cinta
adalah diam. Akhir dari sebuah cinta
yang hakiki sebenarnya adalah
pernikahan. Itulah solusi terbaik
yang dapat dilakukan. Bagaimanapun juga,
pernikahan adalah satu satunya jalan
terbaik yang ada. Namun bila pada
akhirnya kesempatan dan kondisi belum
memungkinkan maka solusinya
adalah bersabar. Kita harus berusaha
untuk menekan rasa itu agar tidak
meluap pada hal-hal yang diharamkan
oleh Allah. Tentu aja ada usaha yang
kita lakuin untuk menanganinya,
seperti menyibukkan diri dengan ibadah,
perbanyak puasa sunnah, dan melakukan
aktivitas-aktivitas duniawi lain yang
bermanfaat, hingga seluruh pikiran
kita sampe ga punya celah untuk
menerawang dan melambungkan masalah
cinta.”
Fitria : “Apa itu
usaha yang kamu lakuin untuk menepiskan perasaan kamu ?
Mungkin ga aku bisa ngelakuin itu ?”
Fani : “Bisa.
Kamu pasti bisa. Meskipun awalnya sulit, tapi lama-kelamaan kamu
akan terbiasa, seperti halnya apa
yang aku lakuin. Kalau semua diniatkan
untuk kebaikan, pasti bakal ada
jalan. Jangan terlalu risau untuk masalah ini.
Anggaplah sebagai ujian untuk sebuah
keimanan, tapi aku saranin supaya
kamu tetap mempertimbangkan berbagai
faktor jika memang kamu menyukai
seseorang sosok pribadi yang kamu sukai
itu. Untuk mencari kebenaran
apakah ia sosok ideal yang layak
menjadi pendamping kamu kelak, lebih baik
di tinjau lebih dalam, apakah orang
tersebut punya agama yang baik dan
akhlak yang mulia ? Atau minimalnya,
dia tengah berusaha untuk menjadi
pribadi pendamping yang ideal. Kamu bisa
lihat dari cara bergaulnya,
ibadahnya, adab-adabnya sehari-hari
dan segala yang terkait dengan agama
dan akhlak. Bila ternyata dia ga memiliki
kepribadian yang baik atau
minimalnya dia ga ngelakuin usaha
untuk memperbaiki diri maka apa yang
kamu harapin dari dia ? Kebahagiaan
macam mana yang kamu harapin dari
seseorang yang tidak paham cara
meraih kebahagiaan yang hakiki dan cara
bergaul dengan orang yang ia cintai
sesuai dengan syariat islam ?”
Untuk kesekian kalinya Fitria
tertegun. Ia memikirkan kembali apa yang disampaikan oleh Fani. Dalam hati ia
bercak kagum dengan pengetahuan dan keteguhan hatinya yang luar biasa.
Fani : “Ga perlu
risau masalah jodoh, Fit. Allah sudah menuliskan masing-masing
dari mereka untuk kita. Mau jauh atau
dekat hubungan, lama atau singkat
jalinan, kalaupun ga berjodoh, kan
sama aja. Bukannya diam adalah satu
satunya cara terbaik yang Dia
anjurkan untuk kita ?”
Fitria tersenyum simpul. Ia
mengangguk pelan dan mulai mengerti apa yang Fani sampaikan. Ada kebenaran dari
apa yang ia yakini. Bukan hal yang sulit untuk tetap menyimpannya, hingga tiba
waktu yang ditentukan.
***
Ini cerita hasil inspirasi dari salah
satu artikel yang pernah aku baca kebetulan ceritanya emang keren bangettt,
hehe...
Jadi DIAM adalah solusinya
Diam ??? dilihat
dari katanya aja. logika kita ga nerima.
Gimana bisa cinta
itu hanya ditunjukan dalam diam, cinta itu harusnya diungkapkan kan (???)
Saat hati diliputi virus yang bernamakan "♥".
hati-hati yaaa, jangan biarkan cintamu kepada manusia melebihi cintamu pada
Sang Pemegang Hati yakni Allah SWT. Kita ga tau apakah orang yang kita puja dan
yang hadir dalam bunga-bunga tidur kita *hehehee* merupakan orang yang akan
menjadi halalmu.
Nb :
“Kalau kita menyukai
seseorang, jangan beritau si dia. Nanti Allah akan kurangi rasa cinta padanya
Tapi luapkan pada Allah, beritahulah
Allah. Allah Maha mengetahui siapa jodoh kita ...”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar